Minggu, 06 Januari 2013

TEKNIK BUDIDAYA BAWANG PREI

TEKNIK BUDIDAYA BAWANG PREI

2.1       Syarat Tumbuh


Bawang prei bisa tumbuh di dataran rendah maupun tinggi. Dataran rendah yang terlalu dekat pantai bukanlah lokasi yang tepat karena pertumbuhan bawang prei menginginkan ketinggian sekitar 250-1.500 m dpl. Di daerah dataran rendah produksi anakan bawang prei juga tak seberapa banyak. Curah hujan yang tepat sekitar 1.500-2.000 mm/tahun. Daerah tersebut sebaiknya juga memiliki suhu udara harian 18-25°C. Tanah dengan pH netral (6,5-7,5) cocok untuk budidaya bawang prei. Bila tanah bersifat asam lakukan pengapuran pada saat pengolahan tanah. Jenis tanah yang cocok ialah andosol (bekas lahan gunung berapi) dan tanah lempung yang mengandung pasir (Anonymousb,2012).

2.2       Budidaya

            2.2.1    Pembibitan

Pembibitan bawang prei bisa diperbanyak lewat biji (dengan proses persemaian) maupun tunas anakan. Umumnya petani Indonesia menggunakan setek tunas.
  1. Pembibitan dengan persemaian
  • Benih disemaikan dalam bedengan dengan lebar 100-120 cm dan panjang lahan. Tanah diolah sedalam 30cm campur pupuk kandang yang telah diayak sebanyak 2kg/m.
  • Bedengan diberi atap plastic bening stinggi 100-150cm disisi timur dan 60-80cm disisi barat.
  • Benih ditaburkan di dalam larikan melintang sedalam kurang lebih 0,5-1cm dengan jarak antar larikan 10cm.
  • Tutup dengan daun pisang/karung goni basah atau dengan lapisan tanah tipis-tipis.
  • Penyiraman setiap hari.
  • Tanaman dipupuk dengan pupuk daun sebanyak 1/3-1/2 anjuran dengan semprot dalam waktu umur tanaman 1 bulan.
  • Bibit berumur 2 bulan dengan ketinggian 10-15cm siap dipindah tanamkan.
  • Kebutuhan benih asal biji sebanyak 1,5-2 kg/ha.

Kelemahan dari pembibitan biji dengan persemaian ini adalah panen bisa lebih lama 1 bulan daripada dengan bibit asal tunas anakan.

  1. Pembibitan dari Anakan
  • Rumpun yang akan dijadikan bibit berumur 2,5 bulan dan sehat.
  • Rumpun dibongkar bersama akarnya, bersihkan tanah yang menempel dan akar/daun tua.
  • Pisahkan rumpun sehingga didapatkan beberapa rumpun baru yang terdiri atas 1-3 anakan.
  • Buang sebagian daun.
  • Bibit disimpan di tempat lembab da teguh selama 5-7 hari.
  • Kebutuhan setek adalah 200.000 setek/ha.

Bibit asal setek anakan bisa langsung ditanam ke lahan. Akan tetapi, terlebih dahulu kurangi perakaran dan potong sebagian daun untuk mengurangi penguapan.
(Susila, 2006)
2.2.2       Pengolahan Lahan
  • Pengolahan lahan dilakukan 15-30 hari sebelum tanam.
  • Pembedengan untuk tanah sawah/tanah darat (lahan kering):
  1. Bersihkan areal dari gulma dan batu/kerikil.
  2. Olah tanah sedalam 30-40cm hingga gembur.
  3. Buat parit untuk pemasukan dan pengeluaran air.
  4. Buat bedengan selebar 80-100cm, tinggi 30cm dengan lebar antar bedengan 25-30cm.
  5. Gunakan jarak tanam 20 x 25cm atau 20 x 30cm.
  6. Campur merata dengan tanah, 10-15 ton/ha pupuk kandang dan ratakan permukaan bedengan.
  • Pengapuran dilakukan jika tanah ber-pH <6,5 dengan 1-2 ton/ha kapur dolomite dicampur merata dengan tanah pada kedalaman 30cm.
  • Perkiraan dosis dan waktu aplikasi pemupukan disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Rekomendasi Pupuk untuk Bawang Daun pada Tanah Mineral dengan Tingkat Kandungan P dan K Sedang (Maynard and Hocmuth,1999)

Umur Urea ZA SP36 KCl Target pH
Kg/ha/ musim tanam 6,5
Preplant 47 100 311 56 -
2 MST 93 200 112 -
5 MST 47 100 56 -
MST = Minggu Setelah Tanam
(Susila, 2006)

2.2.3       Penanaman
  • Biasanya ditanam dengan pola tanam tumpang sari.
  • Bibit ditanam di antara tanaman utama yang berumur lebih panjang dari bawang prei.
  • Sebelum kanopi tanaman utama saling menutup, bawang prei harus dipanen.
  • Sistem tumpang sari sekarang banyak ditanam adalah dengan tanman cabe, wortel dan sayuran daun lain.
  • Waktu tanam terbaik awal musim hujan (Oktober) atau awal kemarau (Maret).
  • Lubang tanam dibuat pada jarak 20 x 20cm sedalam 10cm.
  • Sebelum penanaman, bibit dari persemaian dicabut dengan hati-hati, sebagian akar dan daun dipotong.
  • Sebagian akar dari bibit dari rumpun induk juga dibuang.
  • Rendam dalam larutan fungisida konsentrasi rendah (30-50 persen dari dosis anjuran) selama 10-15 menit.
  • Tanam bibit dalam lubang dan padatkan tanah di sekitar pangkal bibit pelan-pelan.
(Susila, 2006)
2.2.4       Pemeliharaan
  • Penyulaman paling lama 15 hari setelah tanam. Gulma disiangi dua kali, yaitu umur 3-4 minggu dan 6 minggu dengan cangkul/kored. Sambil melakukan penyaingan lakukan pendangiran.
  • Tanah digemburkan karena mungkin terjadi pemadatan akibat penyiraman air dan proses pengeringan oleh sinar matahari. Bila terlihat tanah kekurangan air maka perlu dilakukan penyiraman. Lakukan penyiraman hingga tanah di sekitar pertanaman cukup basah dan merata.
  • Pembubunan bagian dasar tunas selama 4 minggu sebeluum panen. Naikkan tanah di sekitar batang agar pangkalnya tertutup. Penimbunan memberikan wama putih pada batang bagian bawah sehingga memberikan penampilan yang menarik dan kualitas yang prima.
  • Potong tangkai bunga dan daun tua untuk merangsang pertumbuhan anakan.
  • Penyemprotan pestisida gunakan jika perlu/jika sudah ada tanda-tanda awal munculnya hama dan penyakit.
(Susila, 2006)
2.2.5        Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang sering diternukan di areal penanaman bawang prei antara lain:
  • ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn). Hama ini bisa membuat tanaman rebah. Pangkal batang yang diserang akan memperlihatkan bekas gigitannya. Bisa juga batang sampai terpotong hingga putus.
Pengendalian :
-    secara kimia dengan menggunakan insektisida Dursban 20 EC dengan dosis 2-3 ml/i air.
-    Secara mekanis dengan mengumpulkan ulat di malam hari, menjaga kebersihan kebun dan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae.
  • Ulat bawang/ulat grayak (Spodoptera exiqua Hbn.)
Pengendalian :
-    Secara kimia dengan Hostathion 40 EC, Orthene 75 SP, Cascade 50 EC atau dengan perangkap ngengat.
-    Secara mekanis dengan cara pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae.
  • Kutu loncat (Thrips tabacci Lind.)
Pengendalian : pergiliran tanaman bukan Liliaceae, menanam secara serempak, memasang perangkap serangga berupa kertas/ dengan insektisida Mesurol 50 WP.
  • Bercak ungu (Alternaria porri Ell.Cif.)
Pengendalian :
-    Secara kimia menggunakan fungisida Antracol 70WP, Dithane M-45, Orthocide 50 WP atau Difolatan 4F.
-    Secara mekanis dengan perbaikan tata air tanah, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae.
  • Busuk daun/embung tepung (Peronospora destructor Berk.)
Pengendalian : menggunakan benih atau bibit sehat, rotasi tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae dan fungisida Dithane M-45, Antracol 70WP atau Daconil 75 SP.
  • Antraknose (Collectotrichum gleosporiodes Penz.)
Gejala : daun bawah rebah, pangkal daun mengecil dan tanaman mati mendadak.
Pengendalian : menggunakan bibit atau benih sehat, perbaikan tata air, rotasi tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae, mencabut tanaman yang sakit dan fungisida Antracol 70WP dan Daconil 75WP.
(Susila, 2006)
2.2.6        Panen
  • Umur panen 2,5 bulan setelah tanam.
  • Jumlah anakan maksimal (7-10 anakan), beberapa daun menguning.
  • Seluruh rumpun dibongkar dengan cangkul/kored di sore hari/pagi hari.
  • Bersihkan akar dari tanah yang berlebihan.
(Susila, 2006)

 Pemeliharaan dan Pemupukan Tanaman
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangan terhadap gulma, hal ini dilakukan bersamaan dengan pendagiran untuk menggemburkan tanah yang mungkin mengalami pemadatan. Selain itu juga diperlukan penimbunan pada pangkal batang. Hal ini dilakukan untuk memperoleh warna putih pada batang semu bawang daun (W.Setiawati,2007). Penyiraman pada tanaman bawang daun harus dilakukan terutama jika bawang daun ditanam pada musim kemarau, sedangkan jika ditanam pada musim penghujan maka drainase harus sangat diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi genangan air di lahan.
Pemupukan yang diusahakan untuk tanaman bawang daun pada saat pengolahan tanah meliputi pupuk kandang dengan dosis 10-15ton/ha. Pupuk lain yang digunakan adalah urea 200kg/ha yang diberikan sebanyak dua kali, yaitu pada saat tanaman berumur 21 hari (setengah dosis) dan sisanya pada saat tanaman berumur 42 hari. Untuk pupuk SP 36 dan KCL juga diberikan dua kali seperti pupuk urea, dengan dosis pemupukan pertama SP 36 sebanyak 50 kg dan KCL 50 kg. dan untuk pemupukan kedua SP 36 sebanyak 50 kg dan KCL 25 kg. pemupukan ini dilakukan dengan dibuat larikan kurang lebih 5cm dari sisi kiri dan kanan batang, dan menaburkan pupuk pada larikan dan kemudian larikan tersebut ditimbun kembali dengan tanah

2.2.7        Pascapanen
  • Bawang prei dikumpulkan ditempat yang teduh, dicuci bersih dengan air menggalir/disemprot, lalu ditiriskan atau dikeringanginkan.
  • Diikat dengan tali raffia di bagian batang dan daunnya.
  • Berat tiap ikatan 25-50 kg.
  • Daun bawang disortir berdasarkan diameter batang (kecil : 1,0-1,4cm dan besar : 1,5-2cm).
  • Ujung daun dipotong sekitar 10cm.
  • Simpan pada temperature 0,8-1,40C sehari semalam untuk menekan penguapan dan kehilangan bobot.
  • Pengemasan di dalam peti kayu 20 x 28 cm tinggi 34cm yang diberi ventilasi dan alasnya dilapisi busa atau di dalam keranjang plastic kapasitas 20kg.
(Susila, 2006)

|| | Copyright 2012 By : Apps Pertanian | Created By : Binkbenks ||